Jamal dan Sultan
Minggu, 12 Januari 2025 16:52 WIB
Abdul Jamal, seorang pria jenaka dan bijak, selalu mampu menjawab teka-teki Sultan dengan humor penuh hikmah yang menginspirasi.
Suatu hari, Sultan memanggil Abdul Jamal, seorang pria cerdas yang dikenal suka memberi jawaban jenaka namun penuh hikmah. Sultan sedang ingin menguji kecerdasan Abdul Jamal dan memintanya datang ke istana.
"Abdul Jamal, aku ingin kau menjawab pertanyaanku. Jika kau berhasil, aku akan memberimu hadiah besar. Tapi jika kau gagal, kau akan dipenjara selama tiga hari!" ujar Sultan.
Abdul Jamal tersenyum tenang. "Baiklah, Tuanku. Apa pertanyaan yang ingin Anda ajukan?"
Sultan pun mulai. "Mana yang lebih penting, matahari atau bulan?"
Abdul Jamal merenung sejenak, lalu menjawab, "Tentu bulan, Tuanku."
Sultan terkejut. "Kenapa bulan lebih penting?"
Abdul Jamal menjawab dengan nada santai, "Karena bulan menerangi malam yang gelap, sedangkan matahari muncul di siang hari, saat semuanya sudah terang. Jadi, bulan lebih diperlukan, Tuanku."
Sultan tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban itu. "Baiklah, jawabanmu masuk akal, meskipun jenaka. Sekarang aku akan memberikan pertanyaan lain. Apa yang lebih berat, sebuah peti emas atau sekarung dosa?"
Abdul Jamal kembali tersenyum. "Tentu sekarung dosa lebih berat, Tuanku."
Sultan mengerutkan dahi. "Bagaimana bisa begitu? Bukankah peti emas memiliki berat yang nyata, sedangkan dosa tidak terlihat?"
Abdul Jamal menjelaskan dengan tenang, "Betul, Tuanku. Tapi peti emas hanya berat di dunia, sedangkan sekarung dosa akan terasa berat hingga akhirat. Dan beban akhirat, Tuanku, tidak bisa dibandingkan dengan apa pun di dunia ini."
Sultan terdiam sejenak, lalu tersenyum penuh makna. "Kau benar, Abdul Jamal. Tidak hanya jenaka, jawabanmu juga penuh hikmah. Kau pantas menerima hadiahmu."
Namun, sebelum Abdul Jamal sempat berbicara, Sultan menambahkan, "Tapi aku juga punya satu permintaan terakhir. Aku ingin kau memberiku nasehat yang bisa aku ingat selamanya."
Abdul Jamal mengangguk dan berkata, "Tuanku, ingatlah ini: Sebaik apa pun rencana kita, Allah selalu punya rencana yang lebih baik. Maka jangan sombong saat menang, dan jangan putus asa saat gagal. Selalu serahkan segalanya kepada-Nya."
Sultan tersenyum puas. "Kau benar-benar bijak, Abdul Jamal. Aku bersyukur memiliki orang sepertimu di kerajaanku."
Dan begitulah, Abdul Jamal kembali ke rumahnya dengan hadiah besar dan hati yang damai, sementara Sultan belajar satu lagi pelajaran berharga tentang kebijaksanaan.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Jamal dan Sultan
Minggu, 12 Januari 2025 16:52 WIB
Ulasan Lagu Elusan Cinta
Minggu, 12 Januari 2025 16:48 WIBArtikel Terpopuler